impulsive buying

 

ANALISIS JURNAL

Oleh  : Farida Caesarwati

NPM : 202246500154



PENGARUH INFLUENCER, BRAND IMAGE DAN SOSIAL MEDIA TERHADAP IMPULSE BUYING PADA MAHASISWA


PENDAHULUAN

Media sosial telah menjadi bagian besar dari kehidupan mahasiswa saat ini. Namun, seiring dengan manfaatnya, juga ada dampak negatif yang perlu dipertimbangkan. Dalam penelitian ini akan melakukan analisis tentang pengaruh Influencer, Brand Image dan Sosial Media dalam impulsive buying.


A. IDENTITAS JURNAL  1

1. Nama Jurnal : Harmoni : Jurnal Ilmu Komunikasi dan Sosial 

2. Volume : Vol.2

3. Nomor :  No.1 Maret 2024

4. Halaman : Hal 31-43

5. Tahun Penerbit : Maret 29, 2024

6. Judul Jurnal : Peran Influencer Media Social Dalam Impulsive Buying dan Konsumsi Generasi Z : Studi Kasus Marketplace Shopee

7. Nama Penulis : Khoirun Nisa (Universitas Trunojoyo Madura)

     Qoni'ah Nur Wijayani (Universitas Trunojoyo Madura)


B. ISI JURNAL 

1. Masalah Penelitian : Hubungan Brand Image dan Keputusan Pembelian2. Metode Penelitian : Metode Kualitatif 

3. Teori yang dipakai : teori kualintatif

4. Hasil Penelitian : Untuk memperjelas dampak social media dan Influencer yang menjadi role model dalam kehidupan Gen Z sehari-hari.



C. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN 

1. Kelebihan : Jurnal di tulis dengan sangat jelas dan padat, 

2. Kekurangan :Generalisasi yang terlalu luas: Studi kasus hanya dilakukan pada satu platform e-commerce (Shopee), sehingga hasilnya mungkin tidak dapat secara langsung diterapkan pada platform lain atau industri lainnya.



A. IDENTITAS JURNAL  2

1. Nama Jurnal : Jurnal Administrasi Bisnis

2. Volume : Vol. 6 

3. Nomor :  No. 4 Tahun 2018

4. Halaman : Hal 54-60

5. Tahun Penerbit : -

6. Judul Jurnal : Pengaruh Brand Image Terhadap Keputusan Pembelian Handphone Samsung Android di Gerai IT Center Manado 


7. Nama Penulis : Viani A.L Mandagi

      J. A. F Kalangi 

      Danny D. S Mukuan


B. ISI JURNAL 

1. Masalah Penelitian : Hubungan Brand Image dan Keputusan Pembelian

2. Metode Penelitian : Dalam rancangan penelitian ini akan di gunakan metode penelitian kuantitatif . menggunakan analisis statistic dengan regresi linier sederhana.

3. Teori yang dipakai : Uji Validitas, Uji Reliabilitas, Analsis Regresi Linier Sederhana, Uji T (Uji Parsial)

4. Hasil Penelitian : Brand image terhadap keputusan pembelian handphone Samsung android di Gerai IT Center Manado di katakana sangat rendah, dimana factor lain lebih berpengaruh terhadap keputusan pembelian.






C. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN 

1. Kelebihan : Jurnal ini memiliki fokus yang jelas pada pengaruh brand image terhadap keputusan pembelian handphone Samsung Android di Gerai IT Center Manado.

2. Kekurangan : Jika jurnal ini menggunakan data yang sudah agak tua atau tidak mencakup tren terbaru dalam industri handphone, maka relevansi temuannya mungkin menjadi terbatas. Dalam industri yang terus berubah seperti ini, penting untuk menggunakan data yang paling mutakhir untuk membuat kesimpulan yang akurat dan relevan.




A. IDENTITAS JURNAL  3

1. Nama Jurnal : Jurnal Manajemen Marantha

2. Volume : Volume 22

3. Nomor :  Nomor 1, November 2022

4. Halaman : Hal . 65-82

5. Tahun Penerbit : Nov 11, 2022

6. Judul Jurnal : Media sosial dan perilaku pembelian impulsif: Peran motivasi belanja hedonis dan orientasi belanja.

7. Nama Penulis : Irene Deborah

     Yevis Marty Oesman

                             R. Thomas Budhyawan Yudha


B. ISI JURNAL 

1. Masalah Penelitian : Terdapat pengaruh motivasi belanja hedonis sebagai mediasi terhadap media sosial pada perilaku pembelian impulsif.

2. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan verifikatif melalui pendekatan kuantitatif. 

3. Teori yang dipakai Teori Stimulus Respon, Teori Belanja Hedonis, Teori Orientasi Belanja, Teori Pengaruh Sosial.

4. Hasil Penelitian : Penelitian ini dilakukan uji validitas dan reliabilitas untuk mengetahui apakah indikator dan pertanyaan yang diberikan kepada responden memiliki nilai keakuratan serta tingkat nilai reliabilitas yang tinggi.





C. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN 

1. Kelebihan : Jurnal ini menggunakan teori yang tepat, seperti tentang motivasi belanja hedonis dan orientasi belanja, untuk menjelaskan bagaimana media sosial mempengaruhi pembelian impulsif.

2. Kekurangan : Jurnal ini mungkin menggunakan sampel yang terbatas, misalnya hanya dari satu wilayah geografis atau kelompok usia tertentu



KESIMPULAN

Impulsive buying, atau pembelian impulsif, merupakan fenomena yang cukup menarik untuk diteliti, terutama di kalangan mahasiswa yang seringkali memiliki keterbatasan finansial dan berada dalam fase perkembangan yang rentan terhadap pengaruh lingkungan. Dalam konteks mahasiswa, impulsive buying dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap keuangan pribadi, pola konsumsi, dan kesejahteraan psikologis. Dalam esai ini, kita akan mengeksplorasi lebih dalam mengenai impulsive buying di kalangan mahasiswa, termasuk faktor-faktor yang mempengaruhinya, dampaknya, serta strategi yang dapat diimplementasikan untuk mengelola perilaku tersebut.

Pengenalan

Pada awalnya, penting untuk memahami konsep dari impulsive buying itu sendiri. Impulsive buying merujuk pada pembelian barang atau jasa yang dilakukan tanpa perencanaan sebelumnya atau tanpa mempertimbangkan secara seksama. Fenomena ini seringkali muncul karena adanya impulsivitas, di mana individu cenderung bereaksi secara spontan terhadap stimulus tertentu tanpa mempertimbangkan konsekuensi jangka panjangnya. Di kalangan mahasiswa, faktor-faktor seperti tekanan sosial, stres akademik, dan keinginan untuk memenuhi kebutuhan emosional dapat menjadi pemicu utama dari perilaku pembelian impulsif.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Impulsive Buying di Kalangan Mahasiswa

  1. Tekanan Sosial: Mahasiswa sering kali terpengaruh oleh tekanan sosial untuk membeli barang-barang tertentu demi menjaga citra diri atau status sosial di lingkungan kampus. Misalnya, ketika teman-teman mereka memiliki barang-barang terbaru atau gaya hidup konsumtif, mahasiswa cenderung merasa tertarik untuk mengikuti tren tersebut tanpa mempertimbangkan apakah pembelian tersebut sesuai dengan anggaran mereka atau tidak.

  2. Stres Akademik: Tingginya tekanan akademik yang dialami oleh mahasiswa dapat menjadi pemicu untuk melakukan pembelian impulsif sebagai mekanisme koping. Saat mengalami stres karena tugas-tugas kuliah yang menumpuk atau ujian yang mendekat, mahasiswa mungkin mencari pelarian dalam belanja sebagai cara untuk mengurangi stres atau meningkatkan suasana hati mereka.

  3. Ketersediaan dan Aksesibilitas: Lingkungan kampus yang dipenuhi dengan berbagai toko, pusat perbelanjaan, dan promosi belanja dapat meningkatkan kemungkinan mahasiswa untuk melakukan pembelian impulsif. Kemudahan dalam mengakses barang-barang konsumsi dan promosi diskon yang menarik sering kali membuat mahasiswa tergoda untuk melakukan pembelian tanpa mempertimbangkan secara matang.

  4. Impulsivitas Individu: Setiap individu memiliki tingkat impulsivitas yang berbeda-beda, dan mahasiswa yang cenderung memiliki tingkat impulsivitas yang tinggi lebih rentan terhadap perilaku pembelian impulsif. Faktor-faktor seperti kurangnya kontrol diri, kesulitan dalam menahan godaan, dan kurangnya pemahaman akan pentingnya merencanakan keuangan dapat memperkuat kecenderungan impulsive buying.

Dampak Impulsive Buying di Kalangan Mahasiswa

  1. Masalah Keuangan: Salah satu dampak utama dari impulsive buying adalah masalah keuangan. Mahasiswa yang sering melakukan pembelian impulsif cenderung mengalami kesulitan dalam mengelola anggaran dan tabungan mereka. Hal ini dapat menyebabkan akumulasi utang, kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pokok, dan stres finansial yang berkelanjutan.

  2. Gangguan Belajar: Pembelian impulsif dapat mengganggu fokus dan konsentrasi mahasiswa dalam belajar. Saat terlalu banyak waktu dan energi dihabiskan untuk berbelanja atau memikirkan barang-barang yang ingin dibeli, produktivitas akademik dapat menurun secara signifikan.

  3. Dampak Psikologis: Impulsive buying juga dapat memiliki dampak negatif terhadap kesejahteraan psikologis mahasiswa. Setelah melakukan pembelian impulsif, mereka mungkin mengalami perasaan penyesalan, rasa bersalah, atau kecemasan terkait keputusan pembelian mereka. Hal ini dapat mengganggu keseimbangan emosional dan menyebabkan penurunan dalam kesejahteraan mental.

  4. Polusi Lingkungan: Pembelian impulsif juga berkontribusi pada masalah lingkungan, terutama jika melibatkan pembelian barang-barang yang tidak diperlukan atau memiliki umur pakai yang singkat. Mahasiswa yang terlibat dalam pola konsumsi yang berlebihan cenderung meningkatkan jejak karbon mereka dan berkontribusi pada masalah sampah dan polusi lingkungan.

Strategi Mengelola Impulsive Buying

  1. Membuat Anggaran dan Merencanakan Pembelian: Mahasiswa dapat mengurangi impulsive buying dengan membuat anggaran bulanan dan merencanakan pembelian mereka sebelumnya. Dengan menetapkan batasan untuk pengeluaran dan memprioritaskan kebutuhan daripada keinginan, mereka dapat mengontrol impulsivitas belanja mereka.

  2. Menunda Pembelian: Sebelum melakukan pembelian impulsif, mahasiswa dapat mencoba untuk menunda keputusan pembelian tersebut. Memberikan diri waktu untuk mempertimbangkan apakah barang tersebut benar-benar diperlukan atau hanya merupakan keinginan sesaat dapat membantu mengurangi impulsivitas belanja.

  3. Mengembangkan Kesadaran Diri: Mahasiswa dapat meningkatkan kesadaran diri mereka terhadap pola belanja mereka dan faktor-faktor yang memicu impulsive buying. Dengan mengidentifikasi situasi atau emosi tertentu yang memicu keinginan untuk berbelanja impulsif, mereka dapat mengambil langkah-langkah untuk menghindari atau mengatasinya.

  4. Mencari Alternatif yang Positif: Alih-alih menggunakan belanja sebagai mekanisme koping, mahasiswa dapat mencari alternatif yang lebih positif untuk mengatasi stres atau kebosanan. Misalnya, mereka dapat mencoba berolahraga, meditasi, atau menghabiskan waktu dengan hobi yang mereka nikmati sebagai cara untuk meredakan


                     


Comments

Popular posts from this blog